Sudah beberapa abad yang lalu aku ngidam banget bisa ke
Harau, ngumpulin anak-anak kesana susahnya kayak minta jodoh… berjuta pesan sudah disebar, namun tak
kunjung ada tanggapan…
Dihati sudah pengen nekad aja sih jalan sendiri, tapi apa
daya, diri ini sudah rapuh untuk sendiri lagi… :D
Kemudian, sesaat hati ini gelisah mendengar ajakan dari IMKJ
Unand untuk homestay di Harau, Payakumbuh…
Sumpah ini jodoh Tuhan untuk orang kesepian. Ku sebar kembali pesan
kesemua kolega supaya bisa jalan sama-sama.. ternyata oh ternyata, mereka
sedang mempersiapkan kebutuhan wisuda… Kan kampreeet.
#disitu kadang saya merasa sedih.
Yowes lah, whatever, terserah… yang penting pokoknya aku jalan (titik).
Bermodal akomodasi bus kampus yang di nahkodai oleh Pak
Supirman, perjalanan dimulai dengan keterlambatan… keselkan???
Aku sih nggak…… soalnya aku juga terlalu lama menikmati
gravitasi kasur dan males buat bangun tidur…
ahahahahaha #setan!
Yang lebih setannya lagi tuh pas mau berangkat, aku
nentengin gallon yang beratnya berkali-kali perut onepack aku, dan tanpa
bersalah bus malah melaju dengan masamnya meninggalkan asap knalpot hitam…
hingga terjadilah adegan kejar-kejaran bus kayak pilem india… tragis!!!
14-15 februari 2015. Inilah hari yang akan dihabiskan di
sepanjang Padang-Payakumbuh. Momment yang berharga sepanjang jalan, lewaaat
saja bersama mimpi. Karena seperti biasa, tidak lengkap perjalanan tanpa
ketiduran di dalam bus. #prinsipgagal
Sebelum menuju Payakumbuh, kita singgah dulu di Puncak
Lawang, di Kab. Agam. Disini cuma mau menyantap nasi bungkus sambil menikmati
indahnya danau maninjau dari atas puncak. Oooh, nasi yang hangat berpadu dengan
ayam sambal pedas, ditemani angin berhembus dan udara yang sejuk, membuat lupa
daratan.. sampai terjadi insiden yang mendebarkan… kehilangan dompet!!! Ini
benar-benar kecerobohan yang jangan pernah ditiru, sebelum meninggalkan suatu
tempat tolong periksa kembali barang bawaan kalian. Jangan sampe ada yang
tercecer… Gak mau kan kehilangan barang berharga kalian karena ceroboh…
pokoknya, apapun yang kalian bawa ke suatu tempat, bawa kembali pulang,
meskipun itu sampah bawa aja pulang…!!!
Satu hal berharga dari insiden kehilangan dompet ini adalah
menemukan bapak penjaga objek wisata yang baik hati, namanya……. #lupa :’(
beliau yang memberitahu bahwa aku kehilangan barang disana. Bagaimana
caranya??? Memang rejeki gak kemana ya, di dalam dompet itu masih tersimpan
struk belanja yang ada nomor handphone aku disana, dengan nomor handphone
itulah bapak baik itu memberitahu… Ooooh Tuhan, terima kasih sudah memberikan
malaikat penolong untuk ku…
Disinlah pelajarannya, tinggalkan kontak yang bisa dihubungi
di dompet, mana tau ada yang nyelamatin jadi bisa langsung dikabari.. tapi
tetap harus waspada ya, karena tidak semua yang nemu barang kalian itu
malaikat, kalau yang nemunya setan kan malah rugi besar, bisa-bisa nanti minta
tebusan, dan minta dinikahi…!!!
Kembali ke perjalanan, skip sampe di Harau…
Yeeee, akhirnya kita sampai di lembah harau, Payakumbuh.
Bayar tiket ya, harga cuma 5000 rupiah saja untuk dewasa, kalo masih anak-anak
dapet diskon jadi 3000 rupiah…
Berbicara sedikit sejarah terbentuknya lembah harau ini, konon
lembah harau terbentuk dari lautan yang mengering. Diperkuat oleh temuan survey
team geologi Jerman yang meneliti bebatuan yang terdapat di lembah harau pada
tahun 1980 yang menemukan bahwa perbukitan lembah harau adalah batuan breksi
dan konglomerat yang umumnya terdapat di dasar laut. Kereeen banget kan bro,
kalau benar seperti itu berarti aku seharian bernapas di dasar lautan toh…
ahahahahaha
Keistimewaan lembah harau ini adalah tebing cadas dan curam
yang seperti kue dipotong-potong terus kita berada ditengah-tengahnya, dikepung
oleh potongan tebing kue setinggi 150-200 meter tersebut. Aksen degradasi warna
merah orange kecoklatan, dibalut oleh rindang hijau pepohonan dan hamparan
sawah, disiram lagi oleh birunya langit di cakrawala… Aseeeem, lapar mata
melihatnya.
Selain itu, dari tebing-tebing curam tersebut, punya tujuh
air terjun yang mempesona dengan ketinggian berkisar antara 50-90 meter. Air
terjun tersebut mengalir dari atas tebing yang membentang sepanjang lembah
harau.
Dan cerita kita homestay, maka tak lengkap kalau tidak ada
home nya kan… Nyihaaa, di Harau ini berdiri pondok singgah dan rumah gadang
untuk tempat bermalam. Beberapa situs menyebutkan kisaran harga mulai dari Rp
50.000,- sampe seharga Rp 2.000.000,-. Untuk tempat kita skarang, kita menyewa
rumah Gadang yang sanggup menampung hingga 40 orang (katanya), punya empat
kamar (sisa orangnya tidur di luar ya), plus kamar mandi di dalam, dan TV
kabel. Kemudian ada pendopo di bawahnya
yang bisa dipake untuk tempat masak-masak. Di sekeliling rumah gadang tampak
asri dikelilingi hamparan rerumputan hijau, tebing lembah, dan yang jadi
favorit di depan rumah ada kolam yang menyediakan fasilitas sewa perahu.
Mantap!!! Harganya 15.000 sepuasnya, bisa untuk bertiga, atau kalau jomblo
sendiri aja yaaaa…
Terakhir, tak sempat dinikmati adalah olahraga panjat tebing
dan tracking. Tebing-tebing curam memang menjadi spot ideal untuk olahraga ini.
Bagusnya lagi, Lonely Planet pada tahun 2010 menobatkan lembah harau sebagai
The Best Developed Rock Climbing Area di Sumatera…!!! Dahsyaaat.
Nyesal banget kan yang tidak berangkat… Ayo keluar rumah,
dan nikmati Indonesia… :D
Nice trip...
BalasHapus